Masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan istilah rematik. Rematik seringkali dikaitkan dengan nyeri pinggang dan umumnya dialami oleh orang berusia lanjut tetapi tidak menutup kemungkinan orang berusia remaja sampai dewasa juga bisa mengalami rematik. Rematik merupakan penyakit yang terjadi apabila sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang sendi, tulang, otot atau organ tubuh lainnya. Kondisi ini dapat memburuk dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Umumnya rematik, dikelompokkan dalam penyakit radang sendi. Namun, rematik sendiri sebenarnya mencakup banyak kondisi lain seperti rheumatoid arthritis, osteoarthritis, sindrom sjogren, ankylosing spondylitis dan lupus. Rematik juga sering dikenal sebagai penyakit yang menyerang sistem otot dan tulang. Namun, rematik juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ lain seperti jantung, paru-paru, sistem saraf, ginjal, kulit dan mata.
Jika rematik tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan berbagai masalah salah satunya ialah rasa tidak nyaman akibat nyeri yang mampu mengganggu penderitanya dalam melakukan aktivitas.
Sebenarnya belum diketahui secara pasti penyebab sebagian besar penyakit rematik. Namun, ada beberapa kondisi yang diduga terkait dengan masing-masing jenis penyakit ini. Berikut penjelasannya.
Rheumatoid Arthritis dapat terjadi apabila sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan yang membentuk sendi. Kondisi ini diduga terkait dengan keturunan atau genetik, juga dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.
Sindrom Sjogren terjadi apabila sistem kekebalan tubuh keliru dengan menyerang kelenjar penghasil cairan seperti air liur ataupun air mata. Sama halnya seperti rheumatoid arthritis maka kondisi ini diduga terkait dengan kelainan genetik yang disertai oleh infeksi bakteri atau virus.
Ankylosing spondylitis merupakan peradangan pada bantalan di tulang belakang yang ditandai dengan kaku dan nyeri pada tulang belakang. Penyebab kondisi ini belum diketahui secara pasti tetapi diduga berhubungan dengan kelainan gen HLA-B27.
Lupus terjadi pada sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel dan jaringan sehat. Kondisi ini dapat menyebabkan peradangan pada berbagai organ tubuh seperti sendi, kulit ginjal, sel darah, otak, jantung dan paru-paru. Sebenarnya penyebab terjadinya lupus belum diketahui tetapi paparan sinar matahari, infeksi, obat-obatan tertentu dapat memicu kemunculan gejala lupus.
Artritis psoriasis merupakan radang sendi yang terjadi pada penderita psoriasis. Dalam kondisi ini, sistem kekebalan tubuh tidak hanya menyerang kulit tetapi juga sendi. Penyakit ini diduga terkait dengan kelainan genetik dan faktor keturunan. Selain itu, kondisi ini juga dapat dipicu oleh trauma fisik dan infeksi firus atau bakteri.
Faktor penyebab resiko rematik umumnya hiperurisemia tetapi faktor yang meningkatkan resikonya tentu lebih banyak dari itu. Biasanya rematik sering terjadi pada orang dengan beberapa kondisi sebagai berikut :
Jika Anda memiliki satu atau lebih dari kondisi tersebut maka sebaiknya lakukan pemeriksaan kadar asam urat secara rutin. Dengan demikian, Anda dapat memantau nilai secara berkala sehingga berkembang menjadi penyakit radang sendi.
Di samping kondisi-kondisi di atas, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang terkena penyakit rematik yaitu
Usia mempengaruhi resiko terkena penyakit rematik terutama rheumatoid arthritis yang makin meningkat seiring dengan usia yang bertambah.
Wanita umumnya lebih beresiko terserang rheumatoid arthritis, lupus atau sindrom sjogren. Sementara, ankylosing spondylitis umumnya lebih sering terjadi pada pria.
Paparan dari infeksi diperkirakan dapat memicu perkembangan penyakit rematik seperti lupus dan skleroderma.
Biasanya rematik lebih beresiko dialami oleh orang yang menderita kondisi tertentu seperti penyakit ginjal, hipertensi, hipertiroidisme, obesitas, diabetes, aus yang berlebih pada sendi, trauma dan menopouse dini.
Paparan asap rokok dan polusi udara dapat meningkatkan resiko rematik.
Biasanya gejala rematik pada masing-masing penderita akan berbeda karena memiliki perbedaan respon imun pada masing-masing orang. Berikut ini adalah beberapa gejala yang paling umum ditemui pada penyakit rematik yaitu :
Selain gejala di atas, ada beberapa gejala spesifik yang mungkin dialami oleh penderita rematik. Berikut merupakan gejala berdasarkan jenis penyakit rematik :
Gejala rheumatoid arthritis
Gejala sindrom sjogren
Gejala ankylosing spondylitis
Gejala lupus
Gejala artritis psoriasis
Pengobatan rematik bertujuan melakukan pengendalian penyakit dan meredakan gejala yang dialami pasien. Biasanya, dokter akan memberikan resep obat antiinflamasi non steroid (OAINS) untuk meredakan nyeri. Namun, pada pasien dengan nyeri berat, dokter akan memberikan resep obat yang mengandung steroid.
Selain meresepkan obat-obatan, dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan sejumlah hal di bawah ini untuk membantu meredakan gejala :
Pada kasus yang berat, pasien akan dirujuk ke dokter spesialis reumatologi untuk mendapatkan penanganan dengan lebih rinci dan untuk mencegah komplikasi yang parah.
Menurut Alodokter, penyakit rematik yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius. Berikut ini beberapa komplikasi rematik berdasarkan jenis penyakit yang dialami oleh pasien.
Komplikasi rheumatoid arthritis
Komplikasi sindrom sjogren
Komplikasi ankylosing spondylitis
Komplikasi lupus
Komplikasi artritis psoriasis
Hingga kini, belum diketahui pasti secara pasti cara untuk mencegah rematik. Namun, ada beberapa kasus menghindari dan mengurangi faktor resiko dapat mencegah kemunculan rematik.
Penderita rematik juga disarankan untuk menghindari beberapa hal yang berpotensi memperburuk penyakit seperti stres, infeksi bakteri atau virus, obat-obatan tertentu atau paparan sinar matahari.
Berikut beberapa tips yang dapat Anda terapkan agar rematik tidak lagi menyiksa, seperti di bawah ini :
Asam urat merupakan buangan dari purin maka dari itu penderita reamtik disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan kaya purin. Hindari makanan jeroan, seafood dan minuman yang mengandung fruktosa dan alkohol. Mengganti dengan sayur, buah, telur dan sumber dari karbohidrat.
Ketika tubuh tidak sedang mengalami rematik maka para penderita dapat melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda atau berenang. Dapat dilakukan paling tidak selama 30 menit dengan frekuensi tiga hari selama seminggu.
Berat badan berlebih akan membebani persendian sehingga membuat dampak rematik semakin parah. Jagalah berat badan Anda tetap ideal dengan aktif berolahraga dan tidak makan secara berlebihan.
Persendian yang terkena rematik lebih rentan mengalami cedera. Cedera tentunya akan membuat kerusakan sendi semakin parah. Dapat lindungi sendi Anda dengan melakukan aktivitas fisik dan olahraga yang aman maka dapat menggunakan pelindung sendi apabila diperlukan.
Buka praktek setiap hari
Alamat
Jl. Karangrejo II A No. 10 Srondol Wetan Banyumanik
Kota Semarang – Jawa Tengah
Telepon : (024)7473969
Handphone : 0817458252
Whatsapp : 085225374555